Penilaian Budaya keamanan pangan mengunakan metode pendekatan campuran kompresensif: sebuah studi kompartif di oranisasi pengolahan susu ekonomi berkembang
Keamanan
pangan merupakana salah satu masalah dunia, dan 600 juta penyakit terjadi yang
disebabkan oleh makanan menurut estimasi yang telah dilakukan oleh WHO. Hal ini
terjadi teutama di Afrika dan bahkan sebanyak 83% penyakit ini disebabkan oleh
kandungan mikroorganisme dalam produk pangan yang melebihi batas, salah satunya
pada produk susu. Produk susu sanat rentan terkontaminasi sehingga produk ini
rentan rusak. Dengan begitu dutuhkannya upaya untuk menjamin kemanan produk.
Industi pangan dan pemerintah telah memberikan suatu upaya khusus, namun upaya
tersebut belum ukup efektif karena masalah kemanan pangan masih tetap muncul.
Sedankan di negara berkembang seperti Zimbabwe, kekurnagan system kemanan
pangan terutama pada produk susu disebaban oleh adanya peralatn dan system
sanitasi yang tidak memadai, karyawan yang kurnag terampil, dam kemasan yang
telah terkontaminasi. Terdapat beberapa factor yang saling berhubungan dalam
pengambilan keputusan individu terkait budaya kemanan pangan suatu organisasi
maka digunakan pendekatan metode yang beragam dalam sutu peellitian ini
mengenai manajemen keamanan pangan untuk meningkatkan validitas hasil nya.
Pada
penelitian ini dgunakannya metode cmapuran untuk mengumpulkan data, karena
mampu memberikan data yang sistematik dan tepat untuk memahmi konsep yang
diperlukan. Metode yang diterapkan adalah Analisa mikrobiologis, observasi,
wawancara, kuisioner, menceritakan penalaman keja dan Analisa dokumen utnuk
mengumpulkan informasi pada keempat factor kunci. Pada Analisa mikrobiologis
memberikan gambaran mengnai keamanan mikrobilogis produk susu yan diroduksi
oleh perusahaan. Obsevasi dilakukan untuk menilai prilaku pekerja, kemudian
dilaukannya wawancara untuk menilai kondisi penunjang pada organisasi.
Kuisioner dan cerita penalaman kerja oleh karyawan dilakukan untuk mengumpulkan
data karakter pekerja pada suatu perusahaan, dan Analisa dokumen dilakukan
untuk mengevaluasi catatan mengenai kinerja keamanan mikrobiologis perusaahn
dan sikap karyawan yang sebenarnya.
Pada
analisa mikrobiologis, dilakukan dnegan memilh Salmonella sebaai ndikator kemananan pangan dan S. aereus sebgai indicator kebersihan.
Sampel diambil dan disimpan dalam keadaan dngin sebellum dianalisis
padalaboratorium berstandar SI17025. Obsevasi pada penanganan produk, keadaan
fasilitas dan peralatan: dilaukan tanpa memberikan informasi kepada pekerja
bawa mereka sedang melakukan observasi, sehingga mempekecil kemungkinan bias
pada hasil penelitian. Waktu pengamatan dan jumlah orang yang dobservasi tergantung
pada aktivitas yang dilkaukan ari masing-masng pabrik sebagai sumber observasi.
Sedangkan wawancara dilakukan dnegan menggunakan kartu yang mendeskripsikan
situasi sepert tangka keaktifan perusahaan baik proaktif maupun reaktif dalam
menangani suatu situasi keamanan pangan.Responden akan diminta untuk emmilih
kartu yang paling menunjukan keadaan sesungguhnya dari pabrik, yang selanjutnya
dinilai menggunakan Analisa statistik. Kemudian diberikannya kuisioner untuk
menilai pemahaman pekerja, diberikan pertanyaan sebanyak 15 pertanyaan yang
mencakup seputar kemanan pangan. Diberikannya pertanyaan yang negatif maupun
positif untuk meminimalliir terjadinya bias pada hasil. Responden dapat
menjawab benar, salah ataupun tidak tahu. Penilaian presepsi pekerja dilakukan
dengan diberikannya 6 peranyaan mengenai langkah menjaga keamnaan pangan dan
kebersihan yang kemudian akan dibandinkan dnegan kebutuhan perusahaan. Cerita
pengalaman dilakukan utnuk meningkatkan pemahaman akan konteks yang spesifik,
menjamin partisipasi dan interaksi antar eneliti dan peserta. Hal ini akan
memberikan infkasi respon pekerja secara umum pada perusahaan tersebut terhadap
keamanan pangan dan pengendalian kebersihan. Kemudian dibentuknya suatu checklist untuk menganalisa rekap atau
dokumen pemeliharaan peralatan, aktivitas pembersihan, pengendalian parameter
penting, dan Analisa mikrobiologis. Catatan dalam jangka waktu 12 bulan
dianalisa utnuk mendapatkan gambaran dari aktivitas organisasi selama janga
waktu tersebut. Kemudian informasi yang diperoleh dapat digunakan utnuk
memverifikasi dan menjelaskan pola yang teramati pada faktor tertentu.
Berdasarkan
hasil penelitian dengan menguji 3 sampel organisasi perusahaan yaitu organisasi
A (organisasi kelas menengah), B (organisasi besar) dan C (organisasi
multinasional). Pada hasil penilaian budaya keamanan pangan, diperoleh nilai 2
(angka tengah dari nilai yang disediakan) mendominasi kepada organisasi A dan B
terutama pada karakteritik pekerja dan ketersediaan kondisi yang menunujukan bahwa
kedua organisasi melaksanakan budaya keamanan pangan. Sedangkan diberikan nilai
3 kepada organisasi C yang mengindikasikan proaktif nya perilaku menjaga
keamanan pangan. Berdasarkan penialaian, bahwa organisasi C lebih mengutamakan
dan memperiritaskan aspek keamanan pangan, seangkan aspek ini tdka selalu
dilihat sebagai hal yang pentng bagi organisasi A dan B. Hasil penyelidikan
keamanan mikroiologis produk ketiga organisasi yang diuji mendapatan hasil yang
negatif untuk keberadaan Salmonell.
Streptococcus aureus juga tidak ditemukan pada organisasi B dan C, namun
pada organisasi A Streptococcus aureus ditemukan
di ruang pendingin, pengemasan vakum, proses pengisian dan pada saat proses
penyegelan kemasan. Analisis rekap perusahaan menunjukkan bahwa koliform dan E. coli ditemukan pada orgniasi A yng
terbukti sesua dengan hasil pengujian pada lapangan. Sedangkan pada organisasi
B diperoleh kriteria untuk kebersihan dari koliform telah mencapai 93%
terpenuhi dan pada organisasi C telah mencapai 100%. Permasalahn yang umum
dihadapai oleh organisasi B dan C adalah complain pelanggan terhadap kualitas
produk yang dihasilkan, bukan permasalahan mikrobiologis.
Perilaku
keamanan pangan dan kebersihan di lapangan dari beberapa organisasi juga
berbeda tentunya. Pada organisaso A umumnya tidak melakukan aktivitas sanitasi
pada saat menangani poduk pangan. Organisasi B memiliki aktvitas yang cukup
memperhatikan kebershan, seperti pencucian tangan maupun perilau koreftif
lainnya. Namun pada organisasi B masih terdapat beberapa perilaku pekerja yang
dapa meyebabkan resiko kontaminasi ringan meskipun hingga saat ini tidak
ditemukan permasalahan mikrobilois mayor. Lain halnya dnegan organisasi C yang
menunjukkan ahwa personel secara ketata diwajibkan untuk mengendallikan
keamanan dan kebersihan yang dtunjukkan dari beberapa hal seperti terdapat nya
slogan di tempat kerja yang menyaakan bahwa pencucian tangan merupkan budaya
yang ada pada organisasi ini, ditunjukkn juga dengan ketersediaannya fasilitas
yag mencukupi respond an perlakuan yang baik di lapangan kerja. Ketersediaan
kondisi penunjang keamanan pangan juga sangat mempengaruhi perlakuan keamanan
panga di suatu organisasi. Diperoleh hasil dari organisasi A dan B cencrung
memiliki pola yang tidak beraturan, dimana tidak adanya tiik temu yang pasti
tentang bagaimana kondisi yang dialami saat ni menunjang pelaksanaan pekerjaan
masing-masing pekerja. Pada kedua perusahaan ini,tidak terdapat zona yang jelas
secara desai tempat yang dijaga kebersihanna maupun zona pengendalian peralatan
dan lainnya. Lain halnya dengan organisasi C yang memberikan pola yang cendrung
homogen,yakni kondisi penunjang seperti kondisi teknologi dan sistem sreta
dorongan dari perusahaannya dapat dikatakan baik dan mendukung, berbeda dengan
perusahaan A dan B yang tidak saling mendukung dalam aspek ini. Perusahaan A
dan perusahaan B memiliki nilai yng mirip, nmun pada poin pemeliharaan pada
perusahan A mendapatkn penialin yang lebih bik dibndinkan dnegan peusahaan B.
Pemeliharaan yang dilakukan oleh peusahaan B cendrung bersifat reaktif (yang
dilakukan ketika diperlukan perbaikan saat esin bermasalah). Sedangkan
perusahaan C bersifat proktif dn pemelihraan dilkukn secara berkala serta
selalu dilkauakn pengawasan oleh ahli.
Hasil yang
dengan menggunakan metode campuran pada
studi ini sudah sesuai dan valid. Hasil yang diperoleh dari inerja keamanan
mikrbiologis dari ketiga perusahaan selaras dnegan perilaku kerja,kondsi
penunjang dan karakter pekerja yang diamati pada keadaan yang sebenarnya. Hasil
pengukuran kinerja perusahaan dalam keamanan pangan yang telah diamati
(proaktif, aktif dan reaktif) mampu meberikan gambaran mengenai buadaya kemanan
pangan yang ada di suatu perusahaan. Kinerja perusahaan terhadap keamanan pngan
pada tinkat proaktif memrlukan pengembangan budaya keamanan. Pengembangan yang
dapat dilakukan seperti, mengetahui titik lemah atau titik rawan, mencari cara
menanggulangi titik lemah tersebut, sera mengamati dan menilai langkah yang
dilakukan secara berskala untuk memastikan efektivitas langkah tersebut
terhadap perkembangan budaya keamanan pangan. Perkembangan budaya keamanan
pangan yang terlalu dipaksakan dan terlalu terfokus dapat berdampak buruk
terhadap kinerja perusahan karena akan memakan waktu, jadwal operasi menjd
ketat, dan stress berlebiih pada karyawan. Hasil studi ni dapat membantu
organisasi dan perusahaan dalam memahami lebih dalam budaya keamnanan pangan
yang berlaku secara umum dengan memberikan lebih dalam budaya keamanan pangan
yang berlaku secara umum dengan memberikan panduan dalam mengukur kenaikan
kineja keamanan pangan.
Komentar
Posting Komentar