Bahan Pengemas yang baik untuk Makanan dan Minuman

         Related image
sumber: google.co.id


          Okey guys next, kemarin kan saya udah jelasin mengenai beberapa peraturan yang bersangutan dengan usaha mikro seperti kedai atau beberapa tempat makan. Nah,kali ini bersangutan dengan usaha mikro juga, namun dijual ke pasaran alias bukan buka langsung di lokasi. Produk yang dijual di pasaran, baik makanan dan minuman kan pasti menggunakan pengemas untuk melindungi makanan dana tau minumannya. Pengemasan merupakan teknologi dalam mewadahi atau melindungi produk yang siap didistribusikan, disimpan, dijual dan digunakan oleh konsumen akhir. Nah, kalo menurut Wikipedia definisi pengemas yang tidak kalah pentng adalah pengemas yang dapat membantu dna mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi prouduk yanf dikemas, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, dan getaran), memperpanjang umur simpan dari produk. Namun, kalua dari segi promosi, wadah atau pembungkus berfungsi juga sebagai perangsang para pelanggan untuk tertarik membeli produk tersebut. Sepeti launya Jazz “dari mata”, ya konsumen juga begitu, melihat produk dan menilainya pasti dari penampakkan luarnya baru kemudian rasanya, hehehhe.
Dalam teknologi pengemasan meliputi pemilihan bahan yang semakin bervariasi, model dan bentuk kemasan yang semakin menarik. Saat ini, tentu temen-temen sudah banyak menemukan berbagai bentuk pengemas makanan dan atau minuman yang beragam, baik dari bahan kertas, plastik, gelas, logam, fiber hingga bahan-bahan yan dilaminasi. Tidak banyak kita lihat pastinya, bahwa banyak nya makanan bahkan minuma yang di skekitar kita, dikemas dengan meggunakan plastik. Jika dilihat dari aspek pembuatannnya plastik terbuat dari bahan-bahan dasar plastik yang disebut dengan monomer. Tidak hanya itu saja, namun di dalam plastik juga terdapat bahan-bahan non plastik atau yang disbeut denagn aditif yang berfungsi untuk memperbaiki sifat-sifat plastik itu sendiri. Pada suhu kamar, dengan waktu kontak yang cukup lama, maka bahan-bahan kimiia yang berasal dari aditif dalam kadar tertentu apat larut ke dalam makanan padat atau cairan berminyak maupun yang tak berminyak. Semakin panas makanan yang di kemas, maka semakin tingi peluang terjadinya migrasi (perpindahan) ke dalam bahan makanan.
            Plastik merupakan bahan pengemas yang muah ditemui dan sangat fleksibel penggunannya. Plastik yang dkenal adalah Polyethylene, Polypropylen, Poly Vinyl Chlorida (PVC), dan Vinylidene Chloride Resin. Plastik tersusun dari polimer (rantai panjang dan satuan-satuan yang lebih kecil atau monomer). Polimer ini dapat masuk ke dalam tubuh manusia karena sifatnya yang tidak larut, sehingga bila terjadi akumulasi dalam tubuh maka dapat menyebabkan kanker. Masing-masing jenis plastik memiliki tingkat bahaya yang berbeda-beda tergantun dari bahan kimia penyusunnya, jenis makanan yang dikemasnya (asam, berlemak), lama waktu kontak makanan dnegan plastik, dan suhu makanan saat dikemas. Apabila semakin tinggi suhu makanan yang dimasukkan ke dalam plastik, maka akan semakin cepat terjadi perpindahannya. Hal ini ditandai dengan menjadi melemasnya plastik pembungkus tersebut. Beberapa makanan mengandung asam organik seperti, sayyur bersantan, susu dan buah-buahan, sebaiknya tidak dibungkus dengan plastik pada saat keadaan panas. Plastik boleh digunakan jika bahan yang dimasukkan dalam keadaan dingin atau suhu ruang.
       Terdapat beberapa jenis plastik yang relative aman digunakan untuk makanan adalah Polyethylene yang tampak bening dan Polypropylen yang lebih lembut dan lebih tebal dari yang lainnya. Namun, Vynylidenne Chloride Resin dan Poly Vynil Chlorida (PVC) bila diunakan untuk mengemas bahan makanan yang bersuhu tinggi,  maka makanan tersbeut akan tercemar dengan dioksin. Dioksin merupakan racun yang sangat berbahaya bagi manusia. Dioksin bersifat larut dalam lemak, maka terakumulasi dalam pangan yang relative tinggi kadar lemaknya. Kandungan dioksin tersebar (97,5%) ke dalam produk pangan secara berurutan konsentrasinya, yaitu daginf, produk susu, susu ungags, daging babi, daging ikan dan telur.
        Produsen yang membuat plastik sebagai bahan kemasan makanan dan minuman harus memenuhi Standar Nasional Indonesia, sehingga plastik tersebut aman digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman. Namun demikian, dalam kenyataanya produsen plastik banyak yang tidak memberikan informasi tentang plastik yang aman digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman. Untuk itu, banyak konsumen yang tidak atau kurang mengetahui cara penggunaan kemasan yang baik untuk kemasan makanan dan minuman serta bahaya yang dapat ditimbulkan akibat penggunaan yang salah.

Komentar